SHOPPING CART

close

Membanding Jasa

Aku ingat.

Sepulang sekolah, aku berlari menembus hujan; menerobos pintu rumah; mengganti bajuku dan menggigil di bawah selimut. Tiba-tiba semangkuk sup hangat kau sodorkan di hadapan wajah pucatku. “Sup kesukaanku!”

Aku ingat.

Ketika kita duduk berenam memutari meja makan di rumah; kulihat saat itu hanya ada 5 potong lauk dan sedikit nasi yang tersisa. Kau justru mempersilahkan papa, aku, dan saudara-saudaraku memakannya. Saat kutanya, “Mama gak makan?” kau hanya tersenyum sambil berkata, “Mama sudah kenyang.” Padahal tak sesuap nasi pun kau lahap. Senyum manis tetap kau tebar menutupi rasa laparmu.

Aku ingat.

Saat tak ada seorang pun yang mempedulikanku; mentari tak lagi mampu menghangatkan badanku; hatiku kusut membeku. Dan lagi-lagi kau hadir, memelukku dari belakang sambil berbisik, “Tenang, mama di sini.” Setelah itu, aku seperti menemukan cahaya baru—merasakan kehangatan baru.

Aku tahu.

Kau melakukan semua itu tanpa perintah dari siapapun. Murni dari hati sucimu.

Dan aku tahu.

Bahkan saat aku tak lagi mempedulikanmu, kau tetap berdo’a di setiap sujudmu, “Rabbi hablii minas shalihiin.” Dan aku tak pernah mempedulikan itu.

Sungguh hinanya aku saat itu. Maafkan aku, ma.

Dan juga, terimakasih atas semuanya. Torehan luka, torehan duka, serta berliter-liter keringat yang telah kau korbankan hanya untukku—untuk senyumanku.

Sekali lagi terimakasih. Walau mungkin untaian kata ini tak lebih daripada sesendok pemanis, aku harap kau menikmatinya; menghargai setiap seduhan dan proses-prosesnya yang tidak ada apa-apanya dibanding jasa-jasamu. Terima kasih, ma.

I love you till last breath.

 

 

 

 

 

Malang, 20 Desember 2021

Dari Zizi untuk Mama

Author : Zaidan Falah Abdillah

Tags:

0 thoughts on “Membanding Jasa

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Info Pendaftaran? Chat with us